Pekerjaan yang ringan, namun memiliki tanggungjawab langsung berada dibalik jeruji besi. Status pekerjaanannya pun juga menjadi jaminan.
Siang itu, pancaran cahayanya menembus sela dedaunan. bagai lampu dengan daya 1000 volt. Ujung-ujungnya bak pisau belati ketika langsung tersentuh kulit. Jauh disudut kiri parkiran mobil depan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Pendidikan, terdengar lengkingan khas suara pluitnya.
Seragam lengkap tak pernah lepas dari tubuhnya saat bertugas. Topi yang setia menemainya dari terik panas mataharai dan hujan. Kemeja putih lengkap dengan atribut dikanan dan kiri. Satpam UMSU, Dede Pramana rapi dipintal oleh jarum menggunakan benang hitam. Letaknya tepat berada di dada membuat bangga akan pekerjaannya.
Sambil menganyunkan tangan maju mundur, dia menata rapi mobil yang masuk. “Terus… terus… balas ke kanan , balas ke kiri dikit….. oouup…,” teriak kecil Dede.
Selesai satu mobil. Bukan berarti selesai tugasnya. Menyusul mobil yang lain. Meski ringan, namun melelahkan. Halaman central UMSU sebenarnya khusus untuk parkir mobil, tetapi masih banyak sepeda motor yang masuk dan parkir semebarang.
“Sebenarnya kalau saja semua mahasiswa mematuhi peraturan yang berlaku, maka parkir tidak akan semraut,” tuturnya kesal.
Tenda warna orange berukuran 1.5 x 1.5 m, satu meja dan dua kursi sebagai tempat berteduh melepas lelah. Wartini salah satu satpam UMSU wanita, saat ini bekerja dijam yang sama dengan Dede, menjadi temannya berkisah mulai pagi sampai siang. Sore sampai malam sudah berganti yang bertugas.
Pekerjaan yang mereka lakukan tak setimpal dengan upah perbulan yang mereka peroleh. Apa lagi mereka mengemban dua tugas sekaligus, sebagai menjaga keamanan dan juru parkir kampus. Andaikan kita bisa mendengar jeritan hati seorang satpam. Tak kan pernah kita membentaknya, yang hanya karena ingin melaksanakan tugas demi sekarung beras.
Mereka hanya menjalankan tugas sebagai satpam. Memperketat keamanan, khususnya dalam hal kenderaan bermotor. Setiap sepeda motor yang keluar dari parkiran wajib menunjukan Surat Tanda Kenderaan Bermotor (STNK). Kita semua sudah pasti tahu tujuan untuk apa.
Namun, mahasiswa tak pernah memahami hal itu. Betapa berat tanggungjawab yang mereka pikul. “Mahasiswa ini, diminta tunjukin STNK saja pake marah-marah,” ujar wartini. Padahal semua dilakukan untuk keamanan.
Mereka tak bisa bertindak banyak. Mereka pasrah. Meskipun begitu, diantara mahasiswa yang bandal masih banyak mahasiswa yang memiliki hati nurani. Setidaknya, meringankan pekerjaan meraka.