kali Pertama

Selamat datang di blog qibo, kalipertama. Disini ada banyak cerita dituliskan. yang pasti semua aku dilakukan pertama kali.

Selasa, 13 April 2010

Demi My Name Is Khan

Sebuah film dari Negara berkembang, India, mampu mengobati para pengemar film india di Indonesia. Apalagi dengan pemeran utamanya adalah Shah Ruhk Khan dan Kajol. Aktor dan Artis ini, juga mampu obati rasa kangen akting mereka berdua film Bollywood yang terkenal yaitu Khabi Khusi Khabi Gham.

Dalam film ini, Shahruhk Khan berperan sebagai Rizwan Khan, seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger,. Taku dengan suara yang terlalu keras. Memiliki traumatic dengan warna kuning. Kajol sebagai Mandira, seorang janda diusia 22 tahun dengan anak satu. Menikah pada usia 19 tahun, lalu di tinggal suami yang tidak bertanggung jawab. Kemudian hijrah ke Amerika.

Setelah ibu khan meninggal dunia, adiknya mengurus visa untuk menetap tinggal di Amerika bersama adiknya. Adiknya bekerja disebuah perusahaan kosmetik yang terkenal di Amerika. Khan sendiri diberi tugas untuk bekerja sebagai sales kosmetik. Dari toko ke toko. Dari rumah ke rumah. Sampai akhirnya bertemu Mandira disebuah salon kecantikan. Rizwan Khan jatuh cinta dengan Mandira, yang akhirnya mereka menikah.

Tragedi Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi, mereka berpisah. Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika, karena ingin membuktikan bahwa mereka bukan teroris, dan apa yang dibilang mandira kepada Rizwan.

Itu hanya sepenggal kisah dari film my name is khan. Banyak pelajaran yang dipetik. Pokoknya wajib nonton. Kaset juga sudah banyak beredar.

Disaat film ini keluar dibioskop-bioskop Indonesia, khususnya di Sumatera utara. Hasrta ingin nonton sangat besar tetapi waktu yang tidak berpihak dengan kami. Apa lagi untuk nonton paling enak rame-rame dengan kawan-kawan. Tetapi kerana pengennya rame-rame, susah untuk ngumpuli mereka. Yang akhirnya ada yang nonton sendiri-sendiri.

Sebulan berlalu tanpa ada yang menghalangi. Tak kunjung nonton film tersebut. Jika nonton hanya dari DVD aja tetapi gak seru. Lebih enak nonton di bioskop. Sementara itu, untuk bioskop di Medan, Rabu (8/04) terakhir di putar, itu pun hanya ada disalah satu 21 yang lumayan murah. Kami pun mau pergi, tapi terkendala lagi dengan kawan-kawan yang mau ikut tidak memberikan kepastian. Sehingga tertunda lagi….

Besoknya kami mau nonton My Name Is Khan, dibioskop yang masih memutar film tersebut. Tetapi lagi lagi dewi potuna tidak berpihak kepada kami. Ternyata film tersbut itu tidak diputar lagi, karena sudah muncul film-film yang baru.

Senin pagi, entah kenapa aku pengen beli banyak koran. Seharian dikampus, dosen gak ada yang pada masuk. Akhirnya aku memutuskan untuk nangkreng di Perpustakaan. Siangnya aku kembali ke sekret untuk janjian mau makan siang dimana. Salah satu teman aku melihat ada salah satu bioskop yang masih memutar film My Name Is Khan tapi sangat jauh berada diluar kota Medan yaitu di Kota Binjai.

Tanpa pikir panjang kami pun berangkat ke sana demi untuk menonton film tersebut. Besar harapan untuk dapat mengapai hasrat itu. Jam stengah 3 kami berangkat, sampe jam 4 kurang 15 menit. Padahal filmnya diputar jam 4 pas. Naik Angkot 2 kali dan tak penting itu berapa yang harus dikeluarkan hanya untuk mencapai itu. Setelah masuk ke dalam bioskop terhapuskan semua capek yang terasa. Bak melihat air di dalam padang pasir yang tandus.

Perjuangan yang tak sia-sia, harus keluar daerah demi hanya menonton film My Name Is Khan.

Minggu, 11 April 2010

cerita ku

Tarian angin yang lembut. Membuat sang daun tak tertahan lagi, seakan ikut menari menemaninya hingga sampai ke bumi. Beringin yang usianya sudah ratusan tahun di samping kampus tercintaku, selalu menemani kesendirianku dalam lamunan menunggu sahabatku. Suara yang ceria sudah terdengar seratus meter dari ku. Suara yang sangat khas, yang tidak dimiliki orang lain. Saat dia marah. Tersenyum. Tertawa. Aku ikut terhanyut dalam suasana itu. Gelak tawanya yang bisa membuatku tersenyum jika lagi bed mod. Pokoknya hanya dia yang bisa mencairkan suasana hatiku. Begitu pun sebaliknya. Walau terkadang banyak rumor yang beredar kami dianggap uda gak normal alias lebong alias lesbian. Tetapi kami tak hirau romur tersebut. Malah, kami semakin terasa tak tergantikan. Kadang aku takut kehilangan dia.

Untuk hidup dikota besar ini tidak begitu mudah dalam mencari teman maupun sahabat. Baik lelaki maupun perempuan. Tapi dengan kehadirannya pertama kali dikelas membuatku menjatuhkan pilihan mendekatkan diri dengannya. Dua tahun berjalan terasa cepat. Kami pun menjadi sahabat yang kompak, walau kami tidak satu kelas lagi pertengahan semester lalu sampai sekarang.

“Woi….!!!!!.”

“Aduh, gila lo, kaget taaau”

“Ngelamun aja ne. Lagi mikirin sapa sih?. Dibawah pohon lagi, nanti kesambet lho”

“Apaan siih. Nunggu lo lama banget. Uda berakar ne….”

“Wkwkwkwkwkwkwkkwk” tawanya yang jahil agar aku tidak marah karena sudah terlalu lama aku menunggu.

“Maaf yaa sob, tadi aku di panggil dosenku yang ganteng itu, ada tugas tambahan. nggak inget kalo kita ada janji. Yaa sudah yuuk kita jalan.”

Anak yang memiliki nama lengkap Dita Pradita suka nge-jahili teman-temannya sekampus termasuk aku. Anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertama sudah menikah dan memiliki satu anak, sekarang tinggal di luar kota. Kakak keduanya baru saja menikah tiga bulan yang lalu, juga tinggal diluar kota. Dirumah hanya tinggal bertiga dengan ayah ibunya. Terkadang Dita mengajakku menginap dirumah jika orang tuanya tugas diluar kota. Sehingga keluarga ini mengenal ku dengan baik.